Monday 12 September 2016

Pelajaran Hidup yang Sederhana

Duuuhh udah lama banget ya ga update blog -_- Malah sering banget update instagram hahahaha~ Sorry ya blog-ku sayaaaang, jangan ngambek gitu dong ga aku update di sini :( Kalo boleh jujur sih, aku sempat melupakanmu, blog-kun (tambahin –kun biar kayak cewek-cewek Jepang yang manggil cowok yang udah dekat dengan tambahan –kun). Tapi sekarang aku lagi butuh kamu banget nih, aku mau curhaaaaattt panjang lebar di sini. Boleh yah? Boleh yah? Jangan cembetut gitu dong blog-kun :( Aku janji setelah ini aku bakal lebih rajin mengunjungi dirimu. Ya paling ga, sebulan sekali laaaahh ehehehehe :v
Eh tuh kan sampe lupa mau nyapa yang kebetulan lagi visit blog ini hahahaha~ Hai hai hai~ Apa kabar? Semoga selalu sehat ya :) Buat kamu yang baru pertama kali visit blog aku, jangan kaget yaaa. Ya seperti inilah cara penulisanku di social media. Norak, alay, dan sok asik(?) Ya gimana ya.... Lebih ke blog harian dan curhatan gaje sih..... Ya masa bahasanya harus baku? Aku nggak lagi nulis skripsi kok HAHAHAHAHA :p Ya seenggaknya masih enak dibacakan? Daripada tulisannya j4d! B3giNihHhH?? MaL3zZ bEuDz kHanZ?! Oke cukup, aku ga mau merusak mata kamu yang lagi baca postingan ini ;) Biarkanlah kealayan-ku dalam berposting. Yah semoga sih gak nyampe labeling ke arah konotasi yang negatif yah. Dan yang terpenting juga sih, JUST BE YOURSELF :)
Setelah kejadian yang ga ngenak-in bulan Agustus lalu, datanglah beberapa kejadian yang bikin aku “Elaaaahh males banget dah” atau “Apaan sih, rese banget”. Entah ini karena pengaruh PMS atau emang lagi capek, rasanya tuh udah mau meledak marah-marah ga jelas. Teringat ucapan ibuku yang selalu bilang “Kalau lagi emosi, mending tenangin diri kamu dulu. Istigfar ya. Sabar. Kalau tetap mau berpendapat, gunakan bahasa yang sopan dan pikirkan perasaan orang lain juga.” Hmmm bener sih. Aku pribadi adalah tipikal orang yang gampang marah dan meledak kalo udah kepancing emosinya hehehehe. Daripada “api bertemu api” alias gondok-gondokan dalam menyikapi orang yang rese, mending salah satu mengalah dan menjadi “air” yang dapat memadamkan “kebakaran” itu. Selama masih sopan, tahu etika dalam bertutur kata, dan  sebisa mungkin tidak menyinggung perasaan orang lain, kenapa harus takut untuk angkat suara? Semua orang punya kebebasan untuk berpendapat kok. Daripada hanya menjadi penonton yang cuma menikmati “drama” yang disuguhkan. Tidak menyelesaikan masalah toh? Entah apa yang dipikirkan oleh para penonton itu. Mungkin mereka tidak cukup berani untuk nyelepet si pembuat onar ini atau mereka “Bodo amat ah, ga mau ikut-ikutan keseret”. Kurasa lebih banyak yang memilih option nomor dua. Ah biarkan saja. Aku juga tidak memperdulikan apa pikiran para penonton itu. Semoga saja dengan adanya slepetan dariku, suasana yang tadinya chaos, dapat mengembalikan suasana dalam kelompok menjadi harmonis kembali.
Ga segampang itu, bener aja tuh terjadi pro-kontra setelah aku nyelepet di suatu kelompok via social media HAHAHAHAHA. Si pembuat onar pun tidak langsung jera. Tetap berkomentar dengan seenak jidatnya tanpa berpikir panjang lagi. Untungnya masih ada “hero” atau penengah yang mau menyelesaikan masalah dan memberikan solusi. Alhamdulillah. Aku pun berterima kasih atas bantuan dari “hero” yang memberikan solusi ini. Aku juga penasaran dengan si pembuat onar ini menanggapi atas bantuan si “hero” , apakah dia berterima kasih atau tidak. Setelah cukup lama aku menunggu, tidak ada komentar apapun tuh dari si pembuat onar ini. Dia malah berkomentar yang aneh-aneh dipostingan orang lain. Hah! Orang yang aneh. Sebodo amat lah yaaa, ngapain juga aku peduliin orang yang rese itu. Hmm, aku juga ga bisa langsung judge dia bukan orang yang baik, ya karena aku belum pernah bertatap muka dengannya. Mungkin ada sebabnya mengapa dia se-rese itu dalam berkomentar. Entahlah yah. Aku pun mengalami sindir menyindir yang cukup tidak mengenakkan hatiku hahahaha. Berusaha untuk ga terlalu ambil pusing atas kejadian itu, ku jauhkan saja HP dari tanganku. Biarlah besok aku meminta maaf kalau memang slepetanku itu mengundang dan mengandung keributan. Mungkin besok suasana sudah agak lebih tenang. Keesokannya, aku memikirkan gimana caranya menulis permintaan maaf yang baik tapi diselipin guyonan yang agak-agak nyes(?) Hmmmm.. Bahasa yang kugunakan ya ala-ala aku yang bisa dibilang alay dan penuh emotikon (^^;) Biar suasananya lebih santai aja sih, didukung emotikon biar nggak salah paham dalam mengartikan tulisan yang aku post. Niat baikku dalam meminta maaf duluan kurasa tidak terlalu buruk. Terlepas dari orang yang bersangkutan mau memaafkan atau tidak, biarlah menjadi urusan dia. Yang terpenting adalah berani memulai, berani mengakhiri dengan damai, meskipun yang memulai keributan bukan aku. Heran deh yah, masih ada aja orang yang nyidir-nyidir. Padahal kasus udah ditutup dan aku juga udah minta maaf. So dramatic! Bodo amat lah yaaw sama orang-orang yang kayak gitu. Kalo kata anak kekinian sih “Mungkin mereka butuh piknik” HAHAHAHAHA.
Dengan adanya kasus seperti itu, ya diambil hikmahnya aja sih. Lebih dewasa dalam menyikapi masalah, sabar, berusaha berpikiran luas dan positif, menyelesaikan masalah dengan kepala dingin, ga usah diperpanjang, dan kalau bisa memberikan solusi bukan mengkambing-hitamkan. Kalo-kalo tetep aja ada yang tersungging eh tersinggung sama postingan blog ini, ya terserah aja. Kamu belum pernah bertatap muka langsung denganku. Aku yang bertemu di dunia nyata, berbeda dengan yang ada di dunia maya. Terserah mau dibilang pencitraan atau enggak, cuma bersikap apa adanya aja sih. Sering banget denger “Apapun perkataanmu di dunia maya, itu mencerminkan sikap dari si pembuat postingan tersebut.” Hmmm nggak salah sih dengan pernyataan tersebut. Setiap orang juga memiliki banyak “muka”. Yah bisa dibilang banyak “topeng”. Maksudnya “topeng” disini adalah ekspresi atau sikap kita dalam menghadapi suatu hal. Menurutku bukan dalam makna negatif ya. Aku pribadi memiliki banyak “topeng” tapi BUKAN BERARTI SIKAPKU ADALAH PALSU. Bukan. Lebih menjaga perasaan orang lain aja sih agar dia tidak tersinggung. Yah kurasa kamu yang baca pun memahaminya.
Buset panjang aja hahahahaha :p Tuh kan blog-kun, sekalinya aku curhat sama kamu, pasti sampe tumpeh-tumpeh wkakakakakaka~ Kan aku kangen banget sama kamu yang udah berbulan-bulan ga nulis :’) #baper
Masih ada lagi yang mau kutulis tentang hari Minggu yang mana menjadi malam takbiran karena besok adalah Idul Adha atau Lebaran Haji :) Alhamdulillah masih dapat hidup dan bertemu kembali dengan Idul Adha yang suci ini. Kemarin adalah hari Minggu paling bermakna yang pernah aku alami. Ternyata, sesekali menjauhi dunia maya itu enak juga ya. Ya karena kuota udah tipis juga sih :v Aku dapat lebih menikmati hidupku tanpa terpaku dunia maya. Alhamdulillah. Kalo aku berkecukupan memiliki banyak uang, mungkin aku lebih memilih traveling daripada di rumah aja. Tapi di rumah pun ternyata nggak bete-bete amat kok. Aku dapat mengerjakan pekerjaan rumah walaupun ada asisten rumah tangga. Kalau di kost, aku jadi ga bisa bantuin ibu dong? Hehehe. Quality time di rumah bersama keluarga. Jarang-jarang bisa lebih kalem di rumah. Bukan berarti keluargaku ribut mulu, BUKAN. Ya adalah satu dua masalah sepele yang kadang bikin sensi. Tapi abis itu ketawa-tawa lagi sih ^^
Siang harinya, ketika aku sedang membuat handmade postcard untuk temanku, adikku menyalakan TV dan merubah channelnya ke acara siaran ulang Mata Najwa di Metro TV. Adikku sendiri melengos pergi gitu aja ga nonton acara itu. Sambil membuat handmade postcard, aku menonton acara tersebut. Siaran ulang itu menyiarkan tentang “Miranda Goeltom – The Untold Story”. Aku tidak menonton dari awal mulainya acara tersebut. Yang menarik perhatianku yaitu ketika ditayangkannya sebuah surat, yang mana surat tersebut adalah surat dari suami beliau. Surat cinta yang sangat romantis. Aku tidak begitu ingat apa isinya, tapi itu adalah bentuk cinta dari sang suami Ibu Miranda. Sang suami menuliskan surat itu karena terbatasnya jam berkunjung di penjara serta banyak sekali rekan-rekan Ibu Miranda yang menjenguk beliau. Tidak hanya sekali saja menulis surat, sudah banyak surat atau memo-memo pemberian dari suaminya. Lalu yang membuat aku kagum adalah teman-teman beliau yang tidak malu dan berfoto bersama Ibu Miranda yang statusnya sebagai tahanan. Sahabat kecil dari Ibu Miranda juga hadir dalam acara Mata Najwa. Ketika diwawancarai “Menyangka tidak bahwa teman kecil Anda akan menjadi seorang pidana? Malu tidak punya sahabat yang seperti ini?”. Sahabat kecil dari Ibu Miranda menjawab sambil menitikkan air mata “Ya ga nyangka ya... Saya tetap dukung dia, selama itu yang terbaik untuk dirinya.” Sungguh sahabat yang setia sekali. Anak dari Ibu Miranda juga mengatakan bahwa dia berusaha untuk tegar dan kuat dalam menghadapi ujian yang dialami oleh ibunya. “Mama yang ngalaminnya aja happy, enjoy, dan ga pernah nangis, kita juga harus kuat sebagai anaknya” ujar anak perempuan Ibu Miranda. Memang terlihat dari foto-foto yang ditampilkan dalam siaran itu, Ibu Miranda yang tampak sangat ceria dalam menjalani aktivitas di dalam penjara. Ada salah satu foto ketika Ibu Miranda berulang tahun. Beliau merayakannya bersama teman-teman yang tinggal di dalam sel tahanan. Semua terlihat bahagia. Ibu Miranda bercerita bahwa beliau sengaja sudah berdandan cantik dengan harapan tidak ada yang tega untuk mengerjainya. Tetapi harapan itu sirna. Mulai dari penjaga tahanan hingga teman-temannya melempari adonan tepung yang sudah dicampur dengan air, telur, minyak angin, dll. Aku kasihan melihatnya. Tapi Ibu Miranda ini tidak marah dan tetap melanjutkan acara perayaan ulang tahunnya itu.
Dari siaran ulang ini, aku mendapatkan pelajaran hidup yang bermakna. Meskipun telah menjadi orang yang jahat, janganlah terlalu terpuruk dan meruntuki dirimu adalah orang yang jahat. Manusia pun bisa khilaf meskipun masa lalunya adalah orang yang baik. Setelah mendapatkan hukuman yang setimpal, jangan sampai dirimu tidak bahagia dan merasa kebebasanmu telah direnggut. Dimanapun kamu berada dan apapun yang terjadi, rasa bahagia dan enjoy menikmati hidup adalah dari dirimu sendiri. Tetaplah tegar dan kuat dalam menghadapi segala rintangan yang ada. Serta, teman sejati adalah teman yang tidak menjelek-jelekan temannya sendiri dan tetap mendukung temanmu dalam keadaan suka maupun duka. Sangat sulit mencari seorang teman sejati yang sangat loyal. Namun dengan seiringnya waktu berjalan, suatu saat nanti kamu akan menemukan teman sejati itu. Selamat kepada Ibu Miranda yang sudah terbebas dari tahanan penjara. Kisah Ibu sangat menginspirasi saya. Keep calm and stay happy ya, Bu! :)

Gile gile gile banyak beneeeerrr curhatannyaaaa hahahahaha~ Bisa kalah panjangnya ini sama skripsiku yang masih otw hehe~ Yaudah yah blog-kun dan kamu yang kebetulan baca tulisanku ini :) Nanti pagi kan sholat Ied, jangan sampai telat yaa :D Mohon maaf bila ada salah-salah kata, ucapan, ataupun perbuatan baik sengaja maupun tidak sengaja. Selamat Hari Raya Idul Adha 1437 H. Selamat berkurban dan selamat makan daging! ^^

Cheers,
Dian

2 comments:

  1. Hellaw kakak,
    Blog akuh juga ga pernah ditengokin :D :D
    .
    No matter what you do, Just be yourself ya. :* :*
    Sampai ketemu hari Sabtu eaa~~

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hellaaaw mbak Restu~ Aku blm liat2 blok mbak nih >_< Nanti aku liat2 ya mbak ^^

      Aye-aye captain! :*
      Iya mbak, sampai ketemu hari Sabtu 😆

      Delete